Redeem Code Primogems Claim Sekarang!

Di Indonesia gamers itu (mungkin) masih disepelekan

Kamu udah gede lho, main game mulu kerjaannya.


Kata-kata seperti itu sudah sangat sering didengar, entah dirumah, di warung depan rumah bahkan dikantor saat bermain game di jam-jam istirahat. Game seolah-olah menjadi salah satu hiburan  yang berkonotasi buruk yang hanya dimainkan oleh pengangguran dan anak-anak. Saat ini, kegiatan bermain game bagi kalangan dewasa di Indonesia masih sangat-sangat disepelekan, khususnya bagi kalangan yang ngakunya sudah dewasa lainnya yang memperioritaskan pekerjaan (yang bukan dalam bidang entertainment) sebagai sumber penghasilan uang yang dianggapnya paling relevan.

Padahal game adalah salah satu hiburan yang bisa menghasilkan uang lho.

Saya teringat dengan teguran salah seorang paman yang kebetulan ikut ngewarung didepan rumah, katanya begini,"Kamu dapat apa sih dari main game? Kamu udah gede lho" dari kalimat tersebut sudah cukup menggambarkan bagaimana posisi game dimatanya, jelas bahwa menurut paman saya game itu adalah aktifitas yang buang-buang waktu dan cenderung tidak ada gunanya.

Kasus diatas sedikit mengingatkan saya dengan pak Mario Teguh yang dilabrak CEO Touchten Game akibat kata motivasinya yang sedikit meremehkan para gamers. Melalui akun resmi Facebook ya, Mario Teguh menulis..

Ayah yang suka main video games dihadapan bayinya, akan memiliki anak ABG yang susah belajar karena gila video games.

Pernyataan tersebut dianggap memberikan stigma buruk terhadap pria yang gemar bermain game, padahal bermain game tidak selamanya memberikan dampak yang buruk.

Berdasarkan lansiran di laman CNNIndonesia.com, hasil studi Psychology Science pada tahun 2007, bermain action game dari sudut pandang orang pertama (First Person Shooting Game) sanggup meningkatkan pengelihatan penggunanya, mata akan dilatih untuk melihat objek kecil dengan cepat. Selain itu riset sejenis mengatakan bahwa bermain game tetris dapat mengurangi keinginan makan berlebihan, merokok dan melakukan tindakan kurang etis. Kedua riset ini justru bertolak belakang dengan penilaian Mario Teguh.

Mengomentari pernyataan Mario Teguh, Anton Soeharyo selaku CEO Touchten menuliskan,"Saya hilang hormat pada bapak Mario Teguh, saya berhenti memfollow dan mengikuti bapak Mario lagi setelah cara bapak mencari follower dengan cara mengumpulkan hater seperti ini" komentar tersebut mendapat banyak dukungan dari para Netizen, terutama dari kalangan penggemar game.

Perlu dicatat, Touchten sendiri merupakan pengembang mobile game sukses di Indonesia. Pengembang sendiri telah berhasil menerbitkan game Teka-Teki Saku, Dagelan Cerdas dan Dagelan Cermat hasil kerjasama dengan akun humoris di Instagram, yaitu Dagelan.

Kembali ke topik awal, setelah mendapatkan pertanyaan yang sekiranya sangat menyepelekan gamers maka pertanyaan balikpun saya ajukan,"paman, gimana kalau dengan bermain game saya dapat uang?" Alhasil, paman sayapun kebingungan.

Kok bisa, lan?

Seperti yang pernah ditulis melalui artikel Ternyata Menjadi Penulis itu Asik saya adalah salah satu kontributor Kerjanya.net, website tersebut berisikan tentang berbagai topik populer seperti game, aplikasi, kesehatan, memasak dan hukum. Pekerjaan saya adalah mengunduh dan mencoba mobile game serta membuat review yang nantinya harus dikirim ke website.

Pekerjaan sampingan tersebut menuntut saya untuk selalu update dengan game-game terbaru serta aplikasi mobile terbaru hingga yang sedang populer saat ini, dan bahkan game Five Days at Fredy's yang notabene game horor yang paling tidak saya sukai wajib dimainkan demi sebuah profesionalisme.

Nah, setelah menjelaskan panjang lebar akhirnya si paman pun paham, kenapa setiap saat mata saya terpaku pada layar HP, karena tentu saja game itu pada hakekatnya merupakan sebuah hiburan yang positif dan bahkan menghasilkan uang.

Pernah mendengar profesi game tester? Coba tanya ke Mbah Gugel.


Komentar

  1. tapi akhir2 ini banyak yang menjadikan gamer sebagai profesi karena menghasilkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya kalangan orang tua belum bisa berfikiran seperti itu, game masih dipandang kegiatan main2 walaupun terkadang menghasilkan

      Hapus
  2. Setuju :))

    Saya termasuk tukang ngegame, dan ngedesign :D *keduanya bisa menghasilkan uang, sekalipun gk sebesar penghasilan dari design grafis dan pekerjaan utama di kantor :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kerja sampingan ("ngedesain) kalo ditekuni justru berpotensi penghasilan tinggi lho, contohnya trman saya yang ngedesain logo arlan85 yang notabene adalah guru sd skr sudah berhasil buka jasa desain grafis (desainer dan cetakan kartu undangan sekaligus jadi fotografer dan jago photoshop)

      Hapus
    2. Kerja sampingan ("ngedesain) kalo ditekuni justru berpotensi penghasilan tinggi lho, contohnya trman saya yang ngedesain logo arlan85 yang notabene adalah guru sd skr sudah berhasil buka jasa desain grafis (desainer dan cetakan kartu undangan sekaligus jadi fotografer dan jago photoshop)

      Hapus

Posting Komentar