Kondangan, rasa malaspun melanda

"Bro, tgl 15 lhu datang ya, awas-awas aja kalo sampai nikahan gw lhu ga ada" ancam sahabat saya saat memberikan surat undangan pernikahannya yang berlangsung beberapa minggu kedepan, dengan antusias saya terima sambil mengucapkan selamat.

Sudah merupakan suatu kewajiban untuk kondangan sekadar memberikan doa restu saat sahabat karib hendak menempuh hidup baru, saking sakralnya sampai-sampai sumpah serapah dan ancaman muncul dari mulut mempelai jika momen bahagianya tidak didampingi oleh sang sahabat. Sahabat akrab sewaktu kecil, bermain bersama nangkep jangkrik disawah.

Singkat kata, hari bahagiapun tiba. Pakaian kondangan telah disetrika rapih, badan wangi semenjak sejam lalu digosok sabun mandi, amplop disertai duit 20rb siap di saku baju. Saatnya....

GO TO KONDANGAN

Tidak susah mencari rumah mempelai, janur kuning melengkung depan pintu masuk rumah, tampak beberapa pagar ayu menyambut undangan dengan senyuman paling manisnya. Amplop dimasukkan ke wadah khusus berupa kotak celengan dengan bungkusan menyerupai taplak berenda warna emas, beberapa camilan kacang dan kue bolu beserta minuman botol telah menanti.

Dari kerumunan tampak sahabat saya dengan pakaian adat nikahan Bali, make up tebal yang sekiranya sukses menutupi beberapa jerawat didahi dan pipinya, tampak cengiran lebarnya saat kami bertemu pandang. Waktunya makan camilan sambil menunggu sobat karib dari jaman dodol itu menghampiri, rasa penasaran pun melanda karena tak sabar berkenalan dengan mempelai wanita.

Tak berselang beberapa lama muncul ibu dari sahabat saya, raut wajahnya menampilkan kesan bahagia karena bertambah satu anggota keluarga dirumahnya, rupanya kesuksesan sang anak membawa mantu kerumah telah berhasil menghilangkan beberapa kerut dan flex hitam diwajahnya, saya makin yakin jika bahagia itu bisa bikin awet muda.

"Kok kamu sendirian, lan. calon kamu mana?" tanyanya, masih menikmati sebungkus kacang saya jawab sekedarnya.
"Lagi sift malam, maklum pegawai rumah sakit"
"Oh iya calon kamu perawat" katanya, namun kalimat selanjutnya yang sudah pasaran dengan sukses bikin hati saya babak belur.

KAMU KAPAN NIKAHNYA?

Serangan fajar dimulai, beberapa patah kata pasaran mendarat dengan empuk ditelinga. Perut tiba-tiba mules ampe sembelit. Kepala pusing dan tiba-tiba hilang ingatan. Nafsu makan camilan tiba-tiba menghilang digantikan dengan keinginan balas dendam terhadap prasmanan yang menanti.
Masih dengan tampang cool saya menjawab,"Belum bosan lajang nih".

Mungkin bagi masyarakat jika melihat usia saya yang hampir menginjak 28 tahun merupakan tanda tanya besar jika hingga kini belum memutuskan untuk menikah. Beberapa orang bahkan dengan blak-blakan menyebutnya sebagai pemuda lapuk dan pemuda(hampir)kadaluarsa, jadi ada semacam kekhawatiran dikalangan masyarakat terhadap golongan yang danggapnya tak biasa.

Kamu mandul ya nak? -JLEB- #ShitQuestionFromTheShitPerson

Ironis memang, tapi inilah resiko sosial dikalangan masyarakat, terutama diindonesia. Pertanyaan sejenisnya bisa jadi karena sekedar basa-basi, dan kebanyakan memang demikian. Memutuskan untuk menempuh hidup baru bukanlah perkara mudah dan saya yakin para pembaca juga setuju.

Di Bali, menikah itu tidak sekedar tanggung jawab menafkahi, adanya hitam diatas putih dll, masih ada kewajiban adat yang mengikutinya. Memang tidak mudah menjadi orang bali, menjaga adat dan budaya warisan leluhur ditengah gempuran jaman yang serba instan.
Jadi, apakah alasan ini menyebabkan saya hingga kini belum memutuskan untuk menikah?

Tidak juga, masih ada hal-hal lainnya yang harus dipenuhi terlebih dahulu, terutama mental. Karena bagi saya, menikah itu mengenai kesiapan, bukan karena suruhan.

Jadi intinya, pertanyaan 'kapan nikah' itu akan selalu ada dan memang seharusnya ada selama anda masih berpredikat sebagai mahluk sosial. Apalagi pemuda(hampir)lapuk yang sekiranya sudah berumur tapi belum nikah. Walau rada-rada malas, lebih baik pertanyaan iseng dijawab juga secara iseng.

"Jadi kapan kamu nikah, nak?" tanyanya lagi.
"Habis tahun baruan, tante.." karena tahun baruan takkan pernah usai, jadi yg seperti itu memang tak usah ditunggu, toh akan tiba saatnya nanti.

Setujukah anda?



Komentar